Kejujuran, sikap apa adanya sekarang ini menjadi barang langkadan
mahal. Sementara kepura-puraan, penjilat, baik didepan buruk dibelakang seakan
sudah menyatu dengan jiwa manusia sekarang.
Coba kita belajar dari angin, jika dia melewati kebun bunga, maka dia
membawa aroma harum tanpa melebhkan atau menguranginya, begitupun saat melewati
bangkai, ia juga membawa aroma tak sedap tanpa dikurangi atau ditambahi. Kita
mungkin sudah sering menemukan orang yang bermuka manis didepan kita, namun
dibelakang kita, bertolak belakang, itulah watak munafik. Dia juga bisa
berwujud teman atau orang yang kita sangat sayangi.
Bagaimana sikap kita?
Untuk membentengi diri dari
para penjilat adalah dengan selalu waspada, jangan terpengaruh dengan pujian
atau cacian, dua hal ini sama saja, tidak akan banyak pengaruhnya bagi kita.
Kita takkakn kenyang hanya dengan segudang sanjungan, kita tidak mungkin
kelaparan hanya karena banyak yang mencaci-maki, asal kita benar jangan
pedulikan dua hal ini. Teman sejati adalah sahabat yang berani mengatakan salah
ketika kita salah, dan tidak melebih-lebihkan dengan pujian palsu kala kita
benar. Tidak sedikit persahabatan yang retak hanya karena teman yang sering
mengiyakan saja, walau sebenarnya dia tahu bahwa kita salah. Lebih parah lagi
kalau dia mengatakan kesalahan kita tidak didepan kita, tapi justru kesalahan
itu dibeberkan dibelakang kita.
Jika kita menemukan sahabat yang berani jujur, segera dekati dan jadikan
dia teman dalam mengarungi hidup ini, insaya Allah akan terbuka rahasia-rahasia
dibalik semua mistery kehidupan, tapi jika menemukan teman yang bermuka dua,
maka jangan segan-segan segera ingatkan dia, jika masih belum berubah
tinggalkan dia, sebab tak ada manfaatnya bagi kita.